Daerah
terbentuknya Siklon Tropis
(Sumber: Abbott, 2006)
Daerah pertumbuhan siklon
tropis dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) wilayah. Ini mencakup wilayah lautan di
seluruh dunia.
Tabel 1. Daerah pertumbuhan siklon tropis di
seluruh dunia
(Sumber: http://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn/01/id)
Nomor
|
Nama Daerah Pertumbuhan
|
Luasan Wilayah
|
1
|
Atlantik
Utara
|
Samudra
Atlantik Utara, Laut Karibia dan Teluk Meksiko
|
2
|
Pasifik
Timur Laut
|
Amerika
Utara hingga 180° BT
|
3
|
Pasifik
Barat Laut
|
Sebelah
Barat 180° BT, termasuk Laut Cina Selatan
|
4
|
Hindia
Utara
|
Teluk
Benggala dan Laut Arab
|
5
|
Hindia
Selatan
|
Samudra
Hindia Selatan sebelah Barat 100° BT
|
6
|
Hindia
Tenggara / Australia
|
Bumi
Belahan Selatan 100 – 142° BT
|
7
|
Pasifik
Barat Daya / Australia
|
Bumi
Belahan Selatan sebelah Timur 142° BT
|
2.4.2 Proses Terbentuknya
Siklon Tropis
Siklon tropis tumbuh diperairan disekitar daerah tropis, terutama yang
memiliki suhu muka laut yang hangat. Jumlah siklon tropis yang tumbuh dibelahan
bumi utara rata-rata 57.3 kejadian dalam satu tahun dan dibelahan bumi selatan
rata-rata 26.3 siklon tropis dalam setahun (berdasarkan data tahun 1968 –
1989).
Siklon tropis dapat terbentuk dengan persyaratan berikut ini:
1. Suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26.5 C hingga ke kedalaman 60
meter
2. Kondisi atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya awan
Cumulonimbus. Awan-awan ini, yang merupakan awan-awan guntur, dan merupakan
penanda wilayah konvektif kuat, adalah penting dalam perkembangan siklon
tropis.
3. Atmosfer yang relatif lembab di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini
merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering tidak
dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon.
4. Berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari katulistiwa. Meskipun
memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator.
5. Gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berpusar
yang disertai dengan pumpunan angin.
6. Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar.
Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses perkembangan badai guntur.
2.4.3 Siklus Hidup Siklon Tropis
Waktu
rata-rata yang dibutuhkan sebuah siklon tropis dari mulai tumbuh hingga punah
adalah sekitar 7 (tujuh) hari, namun variasinya bisa mencapai 1 hingga 30 hari.
Siklon tropis mempunyai daur hidup mulai dari
proses pembentukannya hingga saat kepunahannya. Siklus hidup siklon tropis
dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:
1. Tahap pembentukan
Ditandai dengan adanya gangguan atmoster. Jika dilihat dari citra
satelit cuaca, gangguan ini ditandai dengan wilayah konvektif dengan awan-awan
cumulonimbus. Pusat sirkulasi seringkali belum terbentuk, namun kadangkala
sudah nampak pada ujung sabuk perawanan yang membentuk spiral.
2. Tahap belum matang
Pada tahap ini wilayah konvektif kuat terbentuk lebih teratur membentuk
sabuk perawanan melingkar (berbentuk spiral) atau membentuk wilayah yang
bentuknya relatif bulat. Intensitasnya meningkat secara simultan ditandai
dengan tekanan udara permukaan yang turun mencapai kurang dari 1000 mb serta
kecepatan angin maksimum yang meningkat hingga mencapai gale force wind (kecepatan angin ≥ 34 knot atau 63 km/jam). Angin
dengan kecepatan maksimum terkonsentrasi pada cincin yang mengelilingi pusat
sirkulasi. Pusat sirkulasi terpantau jelas dan mulai tampak terbentuknya mata
siklon.
3. Tahap matang
Pada tahap matang, bentuk siklon tropis cenderung stabil. Tekanan udara
minimum di pusatnya dan angin maksimum di sekelilingnya yang tidak banyak
mengalami fluktuasi berarti. Sirkulasi siklonik dan wilayah dengan gale force wind meluas, citra satelit
cuaca menunjukkan kondisi perawanan teratur dan lebih simetris. Pada siklon
tropis yang lebih kuat dapat jelas terlihat adanya mata siklon. Fenomena ini
ditandai dengan wilayah bersuhu paling hangat di tengah-tengah sistem perawanan
dengan angin permukaan yang tenang dan dikelilingi oleh dinding perawanan
konvektif tebal di sekelilingnya (dinding mata). Kecuali jika siklon tropis
berada di wilayah yang sangat mendukung perkembangannya, tahap matang biasanya
hanya bertahan selama kurang lebih 24 jam sebelum intensitasnya mulai melemah.
4. Tahap pelemahan
Pada tahap punah, pusat siklon yang hangat mulai menghilang, tekanan
udara meningkat dan wilayah dengan kecepatan angin maksimum meluas dan melebar
menjauh dari pusat siklon. Tahap ini dapat terjadi dengan cepat jika siklon
tropis melintas di wilayah yang tidak mendukung bagi pertumbuhannya, seperti
misalnya memasuki wilayah perairan lintang tinggi dengan suhu muka laut yang
dingin atau masuk ke daratan. Dari citra satelit dapat terlihat jelas bahwa
wilayah konvektif siklon tropis tersebut berkurang, dan sabuk perawanan
perlahan menghilang.
2.4.4 Perbedaan Antara Siklon, Tornado, Puting Beliung & Water Spout
Siklon, tornado, putting beliung dan water spout sama-sama merupakan
pusaran atmosfer. Namun demikian, ukuran diameter tornado, puting beliung dan
water spout sama-sama berkisar pada ratusan meter, sedangkan ukuran diameter
siklon dapat mencapai ratusan. Tornado terjadi di atas daratan, sedangkan
siklon tropis di atas lautan luas. Siklon tropis yang memasuki daratan akan
melemah dan kemudian mati. Puting beliung merupakan sebutan lokal untuk tornado
skala kecil yang terjadi di Indonesia, dan water
spout merupakan tornado yang terjadi di atas perairan.
Tabel 2. Perbedaan siklon dan tornado
(Sumber: http://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn/04/id)
Kriteria
|
Siklon
|
Tornado
|
Daerah
tumbuhnya
|
Di
laut, umumnya di atas lintang 10 derajat utara maupun selatan
|
Di
darat. Tornado yang terjadi di perairan disebut water spout
|
Arah
gerak
|
Untuk
siklon di bumi belahan selatan umumnya bergerak ke arah barat atau barat
daya, sedangkan untuk siklon di bumi belahan utara umumnya bergerak ke arah
barat atau barat laut.
|
Arah
pergerakannya tergantung pada arah gerak badai guntur (thunderstorm) pembentuknya.
|
Ukuran
diameter
|
Ratusan
kilometer.
|
Ratusan
meter.
|
Lama
hidupnya
|
1 - 30
hari, dengan rata-rata 3 - 8 hari.
|
3 menit
hingga lebih dari satu jam.
|
2.4.5 Siklon
tropis di sekitar Indonesia
Menurut klimatologinya, wilayah
Indonesia yang terletak di sekitar garis katulistiwa termasuk wilayah yang
tidak dilalui oleh lintasan siklon tropis. Namun demikian banyak juga siklon
tropis yang terjadi di sekitar wilayah Indonesia, dan memberikan dampak tidak
langsung pada kondisi cuaca di Indonesia. Contohnya seperti siklon tropis Rosie (2008) yang terbentuk di sebelah
barat Banten, siklon tropis Kirrily
yang terbentuk di sekitar Kepulauan Aru, siklon tropis Inigo yang pada saat
masih berupa bibit siklon sempat melintasi Nusa Tenggara, dan badai tropis Vamei (2001) yang diklaim sebagai badai
tropis yang terbentuk paling dekat dengan katulistiwa yaitu di sekitar
semenanjung Malaka tepatnya pada koordinat 1.5° LU.
Berdasarkan data tahun 1964 hingga 2005
untuk kejadian siklon tropis di wilayah Samudra Hindia Tenggara dan tahun 1951
hingga 2006 untuk kejadian siklon tropis di wilayah Pasifik Barat Laut, telah
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan gambaran kejadian siklon tropis di
wilayah dekat Indonesia terutama di wilayah antara 90° hingga 150° BT dan 30°
LS hingga 30° LU. Diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Siklon Tropis Sebelah Selatan Indonesia
Untuk
siklon-siklon tropis di wilayah dekat Indonesia dengan histori data selama 42
tahun diketahui bahwa di sebelah Selatan siklon tropis terbanyak terjadi pada
bulan Februari yaitu 23% kejadian dalam sebulan. Disusul kemudian dengan bulan
Maret (22%), Januari (21%), Desember (14%) dan April (11%).
Siklon
tropis di selatan Indonesia paling sering terjadi pada bulan Februari yaitu 122
kejadian selama 42 tahun, dengan rata-rata kejadian mencapai 2,9 kejadian per
tahun. Pada bulan ini kejadian siklon tropis terbanyak dialami pada tahun 1968
dimana pada saat itu terjadi 7 (tujuh) kali kejadian siklon tropis. Namun
demikian ada saatnya pula di bulan Februari tidak terdapat satupun kejadian
siklon tropis seperti pada tahun 1967, 1990 dan 2002. Bulan Desember merupakan
bulan teraktif kedua, selama 42 tahun terdapat 76 kejadian siklon tropis dengan
nilai rata-rata sebesar 1,8 kejadian per tahun. Kondisi ekstrem pernah dialami
pada tahun 1973 dimana terdapat 6 kali kejadian siklon tropis dalam satu bulan.
Pada bulan Juni dan Agustus terjadi frekuensi terkecil dimana selama 42 tahun
tidak pernah sekalipun terdapat adanya kejadian siklon tropis.
2. Siklon Tropis Sebelah
Utara Indonesia
Dengan data histori yang lebih panjang (56
tahun), diketahui bahwa wilayah dekat Indonesia sebelah Utara siklon tropis
terbanyak terjadi pada bulan Agustus dimana 20% siklon tropis terjadi pada
bulan ini. Disusul kemudian dengan bulan September (18%), Juli dan Oktober
(15%).
|