Pada saat melihat berita melalui internet, saya penasaran apa penyebab banjir di Balikpapan tersebut. Ternyata disebabkan oleh hujan yang cukup lama dimulai tanggal 8 Mei 2017. Balikpapan sendiri terkenal degan sumur minyak Mathilda, berikut sejarah singkat kota tersebut.
Sejarah singkat
Sejarah singkat
Sejarah Kota Balikpapan tidak bisa dipisahkan dengan Minyak yaitu lebih
tepatnya dengan sumur minyak Mathilda, sumur pengeboran perdana pada
tanggal 10 Februari 1897 di kaki gunung Komendur di sisi timur Teluk
Balikpapan. Penamaan sumur minyak ini berasal dari nama anak JH Menten
dari JH Menten dan Firma Samuel & Co sebagai pemenang hak konsesi
pengeboran di yang ditunjuk pemerintah Hindia Belanda yang telah
mengontrak Balikpapan dari Kesultanan Kutai. (http://balikpapan.go.id/read/46/sejarah)
Posisi wilayah Balikpapan sendiri, terletak pada 1°16'3.11"S,
116°49'43.93"E.
Selasa, 9 Mei 2017 telah terjadi banjir pada wilayah Balikpapan. Penyebab banjir kemungkinan diakibatkan oleh hujan yang terus mengguyur daerah tersebut.
Analisa Meteorologi
1. Matahari, tanggal 9 Mei 2017
Berdasarkan gambar dari gerak semu matahari, tanggal 9 Mei 2017 terlihat posisi matahari berapa pada Belahan Bumi Utara (BBU). Hal ini berarti radiasi matahari akan lebih banyak diterima di daerah BBU dibandingkan dengan daerah BBS. Hal ini dapat menimbulkan pemanasan yang lebih banyak di daerah BBU yang dapat berakibat pada penurunan tekanan dan peningkatan awan - awan konvektif didaerah BBU.
2. ENSO (El Nino - South Oscillation)
Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 9 Mei 2017 yang bernilai +0.45 (normal kurang lebih 0.5) manandakan bahwa pengaruhnya tidak signifikan terhadap hujan harian di wilayah Indonesia. Dan data SOI tanggal 8 Mei 2017 yang bernilai -8.3 (tidak signifikan < +7) menandakan bahwa suplai uap air dari Samudra pasifik Timur ke Pasifik Barat tidak signifikan (aktifitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia tidak signifikan)
3. MJO (madden - Julian Oscillation
Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 9 Mei 2017 yang berada kuadran 8 (Western Hemisphere and Africa) artinya tidak berkontribusi pada proses pembentukan awan di Indonesia.
4. SST ( Sea Surface Temperatur)
analisis SST pada tanggal 9 Mei 2017 bernilai positif (+1 -+3.0 °C ) menandakan bahwa ada potensi penguapan (penambahan massa uap air) di Laut Andaman, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Perairan NTT, Laut Jawa, Laut Flores, Laut Banda, Laut Sulawesi, Laut Halmahera, Laut Maluku, Laut Seram, Samudra Pasifik Utara Papua, dan Teluk Cendrawasi.
5.Belokan Angin dan Konvergensi
Mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah Aceh, Sumut, Riau, Kepulaun Riau, Jambi, Kaltara, Kaltim, Sulut, Malut, Maluku, Papua Barat dan Papua.
6.OLR (Outgoing Longwave Radiation)
OLR pada tanggal 9 Mei 2017 Nilai OLR disekitar wilayah Balikpapan : -10 W/m2 s/d -30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan bahwa tutupan awan cukup tebal dari rata - rata klimatologisnya.
7. Citra Satelit
Terdapat tutupan awan pada wilayah Balikpapan.
Lampiran
1. Matahari, tanggal 9 Mei 2017
Berdasarkan gambar dari gerak semu matahari, tanggal 9 Mei 2017 terlihat posisi matahari berapa pada Belahan Bumi Utara (BBU). Hal ini berarti radiasi matahari akan lebih banyak diterima di daerah BBU dibandingkan dengan daerah BBS. Hal ini dapat menimbulkan pemanasan yang lebih banyak di daerah BBU yang dapat berakibat pada penurunan tekanan dan peningkatan awan - awan konvektif didaerah BBU.
2. ENSO (El Nino - South Oscillation)
Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 9 Mei 2017 yang bernilai +0.45 (normal kurang lebih 0.5) manandakan bahwa pengaruhnya tidak signifikan terhadap hujan harian di wilayah Indonesia. Dan data SOI tanggal 8 Mei 2017 yang bernilai -8.3 (tidak signifikan < +7) menandakan bahwa suplai uap air dari Samudra pasifik Timur ke Pasifik Barat tidak signifikan (aktifitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia tidak signifikan)
3. MJO (madden - Julian Oscillation
Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 9 Mei 2017 yang berada kuadran 8 (Western Hemisphere and Africa) artinya tidak berkontribusi pada proses pembentukan awan di Indonesia.
4. SST ( Sea Surface Temperatur)
analisis SST pada tanggal 9 Mei 2017 bernilai positif (+1 -
5.Belokan Angin dan Konvergensi
Mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah Aceh, Sumut, Riau, Kepulaun Riau, Jambi, Kaltara, Kaltim, Sulut, Malut, Maluku, Papua Barat dan Papua.
6.OLR (Outgoing Longwave Radiation)
OLR pada tanggal 9 Mei 2017 Nilai OLR disekitar wilayah Balikpapan : -10 W/m2 s/d -30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan bahwa tutupan awan cukup tebal dari rata - rata klimatologisnya.
7. Citra Satelit
Terdapat tutupan awan pada wilayah Balikpapan.
Lampiran
Gambar 1. Gerak Semu Matahari |
Gambar 2. Track OLR pada tanggal 9 Mei 2017 |
Gambar 3. Track MJO tanggal 9 Mei 2017 |
Gambar 4. SST tanggal 9 Mei 2017 |
Gambar 5. Analisa Streamline pukul 00.00 tanggal 9 Mei 2017 |
Gambar 6. Tutupan Awan pada wilayah Balikpapan |
(y)
ReplyDeletebagus sangat menarik. (y)
ReplyDeleteterimakasih Ryan.
ReplyDelete